Setelah 3 bulan berlalu, Rangga dan Mutia memutuskan tidak untuk berkomunikasi dikarenakan Rangga ingin fokus pada skripsinya. Mereka pun akhirnya tidak saling berkomunikasi satu sama lain selama 2 bulan lamanya. Akhirnya pun mereka pun melepas kekangenan yang selama ini melanda melalui Video Call tentunya. Rangga memutuskan untuk menelpon Mutia.
Rangga : Halo selamat malam sayang apa kabar?
Mutia : Aaaa sayang, baik sayang. Kamu apa kabar?
Rangga : Baik juga sayang hehe, aku kangen yang
Beberapa saat kemudian Rangga mendengar suara dan dalam Video Call tersebut.
Rangga : Sayang, itu siapa??
Mutia : eeee *dengan muka bingung*, nanti lagi ya sayang aku lagi diluar
Tiba-tiba Video Call tersebut terputus seperti sengaja dimatikan oleh Mutia, Rangga pun bertanya-tanya dalam hati “Itu tadi siapa?” Seketika suasana hati Rangga berubah yang awalnya senang menjadi hening dan tanpa kata-kata.
Keesokan harinya Rangga menghubungi Mutia, namun tidak diangkat oleh Mutia dan Rangga juga mencoba Chat Mutia tetapi tidak dijawab sampai Rangga pun merasa kesal atas yang diperbuat oleh Mutia. Rangga akhirnya mulai berpikir “apakah ada yang salah dengan gue? Apakah cara yang dia pakai untuk fokus dengan skripsinya salah? Padahal maunya Mutia”, ucap Rangga dalam hati. Kemudian Rangga beranjak ketempat tidur merebahkan badannya di tempat tidur yang sudah lelah menulis skripsi yang tidak tau kapan selesai. “Masa seorang Rangga negatif thinking sama orang kesayangan ah gak bisa gitu dong, gue harus positif thinking sama pasangan” ucap Rangga lagi sebelum memejamkan mata. Tidak lama kemudian Rangga tertidur setelah memikirkan hal ngalor ngidul tentang Mutia. Beberapa saat setelah Rangga terlelap ada telpon masuk dari Mutia, namun tidak terangkat oleh Rangga karena sudah terlelap alias pulas dalam tidurnya.
Malam berganti ke Pagi, Mutia sebelum berangkat kerja kembali menyempatkan menelpon Rangga kembali. Kemudian telpon tersebut di angkat oleh Rangga, Mutia berdiam sebentar, ada rasa canggung pada benak dia yang ingin mengatakan kata rasa sayang namun tidak bisa, setelah 30 menit berdiam saja akhirnya Rangga bicara dengan Mutia
’Mut…Mut..Mutia kamu gak apa-apa?’ kata Rangga
’Ha, hehe iya aku tidak apa-apa kok, gimana gimana sayang?’ Kata Mutia dengan nada canggung
’Aku mau tanya sesuatu ke kamu, tapi kamu jangan marah ya’ Rangga sambil menyiapkan kata-kata
‘Iy…Iy…Iya kamu mau tanya apa sayang?’ Mutia mulai gelisah dengan pertanyaan yang akan diajukan Rangga
’Waktu itu siapa cowok yang terdengar kemarin?’
‘Cowok yang mana ya?’ Mutia mulai bingung
Suasana mulai tidak kondusif dan mulai terdengar suara-suara efek yang ada di sinetron-sinetron. Entah Mutia ingin berbicara jujur atau bohong kepada Rangga mengenai cowok yang dia dengar melalui percakapan telpon semalam
Rangga sedikt menaikan nada bicara kepada Mutia, ‘Iya cowok yang aku dengar pas kita Video Call? Cowok baru kamu?!’
‘Ih, apa sih kamu jangan sok tau deh, kalau itu cowok aku tau darimana kamu?’ Jawab Mutia dengan nada keras juga dan sedikit berkata jujur
Akhirnya Rangga mematikan telpon tersebut dan segera menyusul Mutia ke Bandung, meskipun tidak tahu tempat dimana Mutia tinggal tetapi Rangga tetap pergi ke Bandung untuk menemui pasangan yang dia sayangi.
Beberapa jam kemudian Mutia mencoba menelpon Rangga namun tidak ada diangkat telpon tersebut. Terndengar suara yang memanggil namanya, akhirnya Mutia bergegas mengganti pakaian lalu mendatangi suara tersebut, berharap Rangga yang datang, ternyata suara tersebut bukan orang yang diharapkan. Suara itu adalah cowok yang di dengar Rangga pada saat mereka Video call yaitu Panji, cowok yang berisi, begaya cool dengan rambut lurus yang membuat Mutia tergila-gila.
Dengan muka agak kecewa, Mutia menghampiri Panji yang ingin mengajak jalan-jalan. Mereka pun bergegas pergi untuk menikmati malam minggu ke suatu mall yang ada di kota Bandung.
Mutia dalam pikirannya berfikir kemana Rangga pergi, apakah dia menyusulnya ke Bandung atau memang ingin melupakannya, akan tetapi Rangga bukan seorang yang mudah melupakan seseorang karena sebelum mereka pacaran, sempat belum bisa melupakan mantan gebetan yang parasnya cantik dan anggun sampai beberapa bulan.
Mereka berdua akhirnya sampai di Mall tersebut, lalu berjalan menuju restoran favorit Mutia. Dalam pikiran Mutia tetap memikirkan si Rangga yang tidak ada kabar sampai sekarang, sambil mengecek handphone, Mutia mencoba menelpon Rangga kembali, namun tidak ada jawaban dari Rangga, dengan muka cemberut bercampur khawatir Mutia menaruh handphonenya ke dalam saku sambil menikmati makanan yang dipesan.
Setelah 2 jam tidak dapat kabar, handphone Mutia berdering dan mendapatkan telpon dari nomor Rangga, dengan muka senang Mutia mengangkat telpon kemudian, ‘kamu kemana aja aku khawatir sama kamu’, namun yang menjawab telpon bukanlah Rangga, melainkan seorang Bapak-Bapak yang ingin memberitahu bahwa Rangga sudah tidak ada, ‘maaf ini siapanya Rangga ya?’ ucap Bapak-Bapak itu, Mutia menjawab dengan heran ‘saya pacarnya pak, maaf ini siapa ya?’, ‘iya ini saya Bapak Raden mau kasih kabar’ Mutia terhening dan berbicara dalam hati, ‘kok firasat gue gak ada ya?’
Kemudian Bapak Raden bicara kembali dengan nada tergesa-gesa, ‘halo..halo.. iya saya mau kasih kabar kalau Rangga sudah tidak ada mbak’, Mutia terdiam dan mengeluarkan air mata ‘Rangga meninggal Pak?’, ‘iya mbak Rangga menjadi korban tabrak lari dan sudah dibawa kerumah sakit tapi nyawanya tidak tertolong mbak’. Mutia tidak bisa menahan tangisnya, ‘sekarang dimana jasadnya dimana Pak?, saya ingin kesana’ tanpa basa-basi Mutia meninggalkan Panji yang sedang membayar makanan.
Dalam perjalanan Mutia menyesali perbuatan yang dia perbuatan kepada Rangga, entah harus ngomong apalagi, cowok yang selama ini setia dengannya sekarang sudah pergi ke alam lain dan tidak menemani hari-hari tuanya.
Pelajaran yang dapat diambil, tolong jaga pasangannya kalian dan jangan pernah sakiti mereka sekecil apapun, hargai pasangan kalian.